Tradisi dan Penghormatan, Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian (DPH) LAMR, Datuk Seri H. Taufik Ikram Jamil, menyampaikan bahwa penabalan gelar adat ini merupakan tradisi penting yang tidak hanya hidup di kalangan masyarakat Melayu, namun juga dikenal luas dalam budaya-budaya lain. Gelar ini diberikan bukan hanya berdasarkan jabatan, tetapi juga merujuk pada komitmen dan kiprah pemimpin dalam membangun peradaban Melayu.
"Penabalan ini merupakan bagian dari tradisi dan penghormatan adat masyarakat Melayu Riau," ujar Datuk Seri Taufik Ikram Jamil. "Gelar adat ini telah menjadi praktik turun-temurun, sebagaimana disebut dalam naskah-naskah klasik seperti Sulalatus Salatin, Tuhfat al-Nafis, hingga Babulquwaid."
Komitmen dan Kiprah, Datuk Seri Taufik Ikram Jamil menekankan bahwa Gubernur Abdul Wahid telah menunjukkan kesungguhannya membangun Riau dengan semangat kemelayuan terbuka, melalui slogan Riau Rumah Besar Rumpun Melayu, Merawat Tuah, Menjaga Marwah. "Setelah empat bulan menjabat, Tuan Abdul Wahid telah menunjukkan kesungguhannya membangun Riau dengan semangat kemelayuan terbuka," ujarnya.
Penabalan ini juga diharapkan dapat memperkuat harmonisasi sosial dan memperjuangkan isu-isu adat, termasuk pengembalian hak-hak adat sesuai dengan Perpres No.5 Tahun 2025. "LAMR berharap dapat lebih kuat memperjuangkan isu-isu adat, termasuk pengembalian hak-hak adat sesuai dengan Perpres No.5 Tahun 2025," tambah Datuk Seri Taufik.
Makna Spiritual dan Sosial, Datuk Seri Taufik juga mengingatkan makna spiritual dan sosial dari gelar adat yang sarat doa dan harapan, serta menjadi sarana memperkuat harmonisasi sosial. "Gelar ini bukan hanya doa bagi penerima, tapi juga bagi yang mengucapkannya," tuturnya, mengutip pantun Melayu: "Yang merah saga, yang kurik kundi. Yang indah bahasa, yang baik adalah budi."
Sambutan Hangat Ketua Umum MKA-LAMR, Datuk Seri Raja H. Marjohan Yusuf menyampaikan Alhamdulillah prosesi penganugerahan kepada tuan Abdul Wahid gubernur Riau dengan sebutan Datuk Seri Setia Amanah diikuti dengan pemberian tepuk tawar dan juga kita aminkan dilanjutkan dengan doa. "Bumi Riau Bumi lancang kuning yang kita cintai ini Akan tetap sejuk barokah, marilah sama sama kita bahu membahu berjuang menyongsong Indonesia Emas tahun 2045," ujarnya.
Datuk Seri Raja H. Marjohan Yusuf juga menyampaikan inspirasi dari gurindam 12 orang tua kita Raja H.Ali. "Gurindam 12 pasal 6 'cari lah samamu sahabat yang boleh dijadikan obat, carilah oleh mu guru yang boleh Tahukan setiap seteru, carilah oleh mu akan istri yang boleh menyerahkan diri, carilah oleh mu akan kawan pilih segala orang yang setiawan cari oleh mu akan abdi yang baik dan berbudi'," ujarnya.
Sikap Adat Melayu, "Kita tidak bisa menaklukkan alam tapi kita bisa bersahabat dengan alam, sikap dari adat Melayu Riau, telah tegas mengatakan bahwa mendukung kebijakan dalam menegakkan Marwah dan adat disana ada flora dan fauna yang sama sama mahluk tuhan harus bersama-sama hidup dengan baik dan aman," tambah Datuk Seri H. Marjohan Yusuf, mengutip pantun Melayu: "Tumbulah rumput di tepi pagar akar benalu menjalar juga, walaupun 7 laut sudah terbakar bahtera Melayu berlayar juga."
Penabalan gelar adat ini merupakan simbol pemuliaan terhadap adat yang bersumber dari nilai-nilai luhur Al-Quran dan hadis. Dengan demikian, diharapkan Gubernur Abdul Wahid dapat terus memimpin Riau dengan semangat kemelayuan dan komitmen untuk membangun peradaban Melayu yang lebih baik. Acara penabalan diselaraskan pula dengan Majelis Zikir dan Doa untuk Negeri dalam rangka memasuki Tahun Baru Hijriah 1447 H, sebagai wujud syukur dan harapan akan keberkahan bagi Riau.
Neneng.